Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2018

Satu Hati Dua Rindu

Gambar
Ada rindu yang tak bisa tersampaikan untukmu. Memperhatikan tanpa bisa menyapa. Entah rasa canggung apa yang membuatku membisu. Diamku bukan karena aku tidak peduli, namun aku tak tahu apa yang kamu inginkan. Jika saja engkau tahu, aku merindukan guratan tawa dari wajahmu bersama hari-hariku. Mengikat kepayahan akan rintangan yang silih berganti. Engkaulah sandaran setelah ayah dan ibuku,  tolong mengertilah. Jika aku bersalah di matamu, sampaikanlah. Jangan diam seperti ini, aku tak bisa membaca perasaanmu. Tuhan jagalah ia, jika memang ia tak lagi ditakdirkan bersamaku, pertemukanlah dengan orang-orang yang tulus menyayanginya. Kuatkanlah hatinya untuk melanjutkan hidup yang masih panjang ini. Dari kejauhan hanya doaku yang masih bisa menyapamu, seiring air mata yang terkadang luruh tanpa diminta. Teruntuk kamu, aku merindukanmu. . ◌⑅●♡⋆♡300418♡⋆♡●⑅◌

Petak Umpet Kehidupan

Sesungguhnya kematian sangatlah dekat dengan kita. Seorang anak kecil bernama Fera telah kehilangan seorang ibu tepat dua hari yang lalu. Aku tak ta h u betapa hancurnya hati perempuan kecil itu. Terkadang aku melihat anak itu sedang berjalan menuju sekolah di depan rumahku di seberang jalan. Aku melihat ada yang berbeda dari anak ini, sepertinya dia adalah orang pendiam. Tak suka berbuat onar dikelas maupun di rumah. Ia juga terlihat sebagai orang yang baik dan santun. Buktinya ketika ia bertemu denganku waktu itu dia menyapa ku. Walaupun aku mengenalnya hanya saat ia masih keci. Ketika aku bermain bersama kedua kakak kembarku yang saat itu sedang bersama Fera dan adik sepupunya yang bernama Klara. Masih teringat jelas diingatanku, ketika kami bercanda tiba-tiba Klara menggigit Fera hingga Ia menangis, padahal usia Fera lebih tua dari Klara. Kepergian seseorang pastilah sangat terasa ketika kita mengingat kejadian ataupun kenangan manis ataupun pahit bersamanya. Aku memang tak te...

Peramu Rindu

Hari berlalu dengan lihainya. Tak terasa tiga tahun telah berlalu. Batu yang dulunya kekar, kini mulai rapuh. Panas dan hujan silih berganti menemani. Bukan karena aku tak mau datang untuk bertemu, hanya saja aku tak ingin lagi untuk melukaimu. Jarak yang ku bentangkan adalah sebuah hadiah yang ku berikan untukmu. Untuk sahabat yang tak pernah lelah mendampingi keluh kesahku. Kini pelangi telah hadir kembali, membaliknya menjadi senyuman nan indah untuk di sapa. Perantauan ini sungguh membuatku jauh darimu. Dari kejauhan aku selalu merindukanmu, menyebut namamu disetiap akhir sujudku. Aku memang tak pernah menyampaikannya padamu, aku diam karena bagiku inilah cara terindah yang bisa ku lakukan. Dari seberang pulau aku menerawang kebersamaan kita dulu. Berlari mengejar waktu, membuka gerbang diam-diam untuk masuk ke dalan kelas, menikmati riuhnya kantin yang penuh gelak tawa khas remaja, hingga kebahagiaan dipenghujung perpisahan. Aku bahagia pernah mengenalmu, menjadikanmu sebagai ...